Minimnya akses intelijen terhadap pemikiran pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyulitkan analisis akan motivasi di belakang berbagai p...
Minimnya akses intelijen terhadap pemikiran pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyulitkan analisis akan motivasi di belakang berbagai peluncuran roket.
BBC Indonesia mengumpulkan pertanyaan Anda seputar peluncuran roket Korea Utara yang melintasi Jepang dan uji coba bom hidrogen yang menyebabkan kekhawatiran dunia.
Uji coba nuklir keenam yang dilakukan Korea Utara telah meningkatkan kekhawatiran dan ketegangan akan kemungkinan pecahnya perang di Semenanjung Korea.
Berbagai aksi Korea Utara dalam sedikitnya sepekan terakhir memicu rasa ingin tahu banyak orang, termasuk Anda. Berikut, kami menjawab tujuh hal yang paling banyak Anda tanyakan terkait krisis tersebut.
Darimana mereka mendapatkan seluruh bahan untuk pembuatan dan peluncuran rudal? Apa membuat sendiri atau dibantu negara lain? Kenapa Korea Utara sangat kaya sekali sehingga bisa mendanai pembuatan rudal yang sudah diujicoba?
Institute of Science and International Security memperkirakan bahwa Korea Utara memiliki 13-30 senjata nuklir, dan bisa mencapai 50 unit pada 2020 nanti. Pengembangan teknologi nuklir Korea Utara sudah berlangsung sejak berakhirnya Perang Korea pada 1950.
Korea Utara memiliki infrastruktur nuklir dasar atas bantuan Uni Soviet dan pada 1964 Soviet
membantu Korea Utara mengembangkan reaktor nuklir pertamanya yang awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan penelitian, medis, serta industri.
Namun kemudian mereka mulai mengembangkan persenjataan dan memanggil pulang para ilmuwannya dari luar negeri.
Pada 1970-an dan 1980-an, Korea Utara mulai mencari teknologi nuklir yang canggih dari Eropa, karena saat itu belum ada pengawalan informasi nuklir yang mencukupi, termasuk dengan mendatangi konferensi nuklir di Wina dan berbicara dengan ilmuwan Belgia yang merancang pabrik pemisahan plutonium.
[next]
Dasar utama program senjata nuklir uranium Korea Utara bermula sejak 1990-an dengan bantuan dari Dr. A.Q. Khan, pionir program bom atom Pakistan.
Khan diyakini membantu Korea Utara dalam mengatur transfer inti uranium secara diam-diam, mesin pengayaan dan data teknis ke Korea Utara dalam beberapa tahun.
Pada 2003 dan 2004, baik direktur CIA maupun ilmuwan Amerika menyebut bahwa Korea Utara sudah memiliki plutonium radioaktif dan pada 2006, Korea Utara melakukan uji senjata nuklir pertama mereka.
Analis mencatat setidaknya ada lima sumber dana program pembuatan senjata Korea Utara.
Yang pertama adalah dari Cina, karena Badan Intelijen Pusat AS mencatat sekitar 75% (atau bahkan lebih) dari perdagangan Korea Utara adalah dengan Cina.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melihat peluncuran roket Hwasong-12 yang dirilis pada 30 Agustus 2017 lalu.
Korea Utara adalah negara pegunungan yang kaya dengan simpanan sumber daya alam termasuk batubara, emas, perak, uranium, bijih besi dan logam langka dan sumber daya alam ini banyak dijual ke Cina dan Uni Soviet selama beberapa dekade sampai kejatuhan blok komunis.
Namun Cina diperkirakan tetap mempertahankan monopoli perdagangan logam langka dengan Korea Utara.
Logam ini penting karena digunakan dalam produksi ponsel, komputer, layar LCD dan mobil.
Sumber kedua adalah pekerja Korea Utara yang dikirim ke Cina, Rusia, Timur Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara, yang memberi pemasukan bagi negara
Puluhan ribu warga Korea Utara ini dikirim ke luar negeri untuk bekerja di restoran, lokasi bangunan, petani sayur dan membangun monumen di Afrika.
Merekalah yang memberi pemasukan pada perusahaan rudal nuklir.
Selain itu, ekonomi Korea Utara juga mendapat pemasukan besar dari penjualan senjata di Asia, Afrika dan Timur Tengah, menurut laporan Panel Pakar Dewan Keamanan PBB. Ada kesepakatan ekspor antara Korea Utara dengan beberapa negara Afrika.
Korea Utara juga memiliki industri narkoba yang besar, selain juga dugaan kejahatan siber seperti pencurian atas US$81 juta atau Rp1 triliun dari akun Bangladesh di New York Federal Reserve tahun lalu.
Beberapa perusahaan Cina juga diduga membantu menyalurkan uang ke Korea Utara.
Roket Hwasong 12 yang diluncurkan di sebuah lokasi di sekitar Pyongyang, Korea Utara dan terbang melintasi Jepang.
Tapi, yang terpenting, Korea Utara menghabiskan 25% dari PDB mereka untuk senjata, dan tidak membelanjakannya untuk anggaran kesehatan atau pendidikan bagi warganya.
Apakah Amerika Serikat akan melakukan tindakan militer terhadap Korea Utara jika Korea Utara masih tetap melakukan uji coba rudal balistik?
Presiden AS Donald Trump terus mengisyaratkan kemungkinan aksi militer terhadap Korea Utara, namun tindakan ini bisa membahayakan warga Jepang, Korea Selatan, terutama lebih dari 10 juta penduduk Seoul yang secara langsung berada di dalam jangkauan nuklir Korea Utara, serta membahayakan 28.500 tentara dan personil AS yang berkedudukan di Korea Selatan.
Baik Menteri Pertahanan AS James Mattis maupun Penasihat Keamanan Nasional H.R. McMaster dilaporkan sangat menentang pilihan aksi militer kecuali sebagai langkah defensif terakhir.
Analis sudah memperkirakan bahwa taktik perang urat syaraf dan gertakan Trump mungkin merupakan siasat negosiasi untuk memperingatkan Pyongyang dan mencegahnya melakukan provokasi lebih lanjut, atau mendorong para pemimpin Cina yang semakin kesal terhadap Korea Utara untuk menerapkan tekanan dan sanksi ekonomi yang berat terhadap negara itu.
Namun cara ini dinilai tidak akan berhasil.
Angkatan laut Korea Selatan melakukan latihan militer di lepas pantai timur Korsel pada 4 September 2017, dua hari setelah Korea Utara dipastikan melakukan uji coba senjata nuklir keenamnya.
Jika Presiden Trump bertindak rasional atau tidak impulsif, atau tidak berniat mengorbankan Seoul untuk kepentingan Washington, maka kemungkinan respons yang paling besar terhadap krisis saat ini adalah mendorong sanksi lebih keras lagi terhadap Korea Utara.
Apa yang bisa saya lakukan agar konflik tersebut tidak memberikan dampak negatif bagi Indonesia? Yang diancam adalah Amerika Serikat,apakah kita di Indonesia harus panik?
Peluncuran roket Korea Utara memang memiliki dampak ke Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan bahwa peluncuran roket itu mempengaruhi stabilitas keamanan dan keuangan dunia.
"Itu bisa melewati Jepang itu betul-betul pasar khawatir dengan risiko geopolitik," ujar Agus. Namun penembakan roket tersebut tidak akan mempengaruhi stabilitas keuangan Indonesia. Apalagi saat ini nilai tukar dan inflasi tetap terjaga.
Selain itu, juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga sudah mencuitkan adanya gempa 6,2 SR akibat percobaan nuklir Korea Utara yang menimbulkan guncangan.
Pemerintah Indonesia juga sudah mengecam uji coba senjata nuklir berupa bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara pada Minggu (3/9) seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri, Senin (4/9).
Namun selain itu, pemerintah belum mengeluarkan pernyataan lain yang menunjukkan dampak krisis Korea Utara bagi Indonesia dan bagaimana kita harus bersiap menghadapinya.
Seberapa jauhkah kemampuan jelajah rudal Korea Utara?Seberapa kuatkah kemampuan hulu ledak nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara?
[next]
Pada tanggal 4 Juli 2017, Pyongyang mengatakan mereka berhasil melakukan uji coba pertama sebuah rudal balistik antarbenua (ICBM). Dikatakan rudal jenis Hwasong-14 bisa menghantam 'bagian dunia mana pun,' namun awalnya AS memperkirakan jangkauan rudal tersebut lebih pendek dari yang disebutkan.
Dalam berbagai parade militer sejak 2012, Pyongyang menampilkan dua jenis ICBM atau rudal balistik antarbenua yang dikenal sebagai KN-08 dan KN-14.
Diangkut dan diluncurkan dari belakang sebuah truk yang dimodifikasi, rudal KN-08 tiga tingkat diyakini memiliki jangkauan sekitar 11.500km.
Rudal KN-14 tampaknya merupakan rudal dua tahap, dengan jarak tempuh sekitar 10.000 km. Keduanya belum ada yang diuji coba, dan kaitan antara keduanya serta Hwasong-14 belum jelas.
Laporan-laporan media di AS mengklaim bahwa Pyongyang sudah berhasil membuat hulu ledak nuklir yang cukup kecil yang muat di dalam rudal.
Meski belum dikonfirmasi, hal ini dilihat sebagai salah satu keberhasilan mengatasi satu hal yang menghambat Korea Utara menjadi negara dengan kekuatan senjata nuklir.
Sebuah laporan yang dimuat di Washington Post, mengutip para pejabat intelijen AS, menunjukkan Korea Utara mengembangkan senjata nuklir yang mampu menghantam AS dengan tingkat kecepatan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sebuah surat kabar pertahanan milik pemerintah Jepang juga mengatakan bahwa program senjata tersebut "maju secara signifikan" dan bahwa Korea Utara sekarang mungkin memiliki senjata nuklir.
Saya ingin tahu perbandingan kekuatan militer AS danKorea Utara serta kekuatan negara sekutu mereka yang akan terlibat jika terjadi peperangan
Berikut beberapa perbandingan kekuatan rudal antara AS, Korea Utara, dan sekutu mereka:
- AS: 450 rudal Minuteman III berpangkalan silo
- Rusia: 369 rudal berpangkalan silo atau dengan peluncur bergerak
- Cina: 55-65 rudal yang ditempatkan di jaringan terowongan bawah tanah
- Korea Utara: 13-30 senjata nuklir
Rudal Tomahawk dan serangan oleh pesawat pengebom siluman B-2 bisa menghancurkan situs nuklir Korea Utara dan fasilitas rudal balistik, namun pesawat tempur AS juga akan menghadapi bahaya dari jumlah serangan yang dikerahkan dan kontribusi pesawat non-siluman yang berada dalam jangkauan pertahanan Korut.
Jaringan pertahanan udara Korea Utara sangat sulit dipastikan, karena pesawat mereka terdiri dari campuran pesawat Rusia/Soviet, Cina dan sistem rudal serta sistem radar buatan sendiri yang dikumpulkan selama 50 tahun.
Peluncuran roket Korea Utara yang melintasi Jepang menyebabkan kekagetan di Jepang.
Pertahanan Korea Utara termasuk yang paling rapat di Bumi, namun sistem tersebut sudah dimodifikasi dan ditingkatkan sampai ke tahap yang tidak diketahui dan kesiagaannya sulit untuk dianalisis.
Jika AS sukses melakukan serangan atas situs nuklir, rudal, pusat komando dan kepemimpinan Korea Utara, semua itu tetap tidak akan menghentikan langkah Korea Utara untuk membalas serangan.
Tentara Rakyat, yang diperkirakan jumlahnya mencapai satu juta tentara biasa dan enam juta tentara cadangan dan paramiliter, akan tetap memiliki kemampuan untuk melakukan pembalasan yang bisa menimbulkan kerusakan hebat terhadap Korea Selatan, sekutu utama AS.
Selain itu, ada juga roket artileri konvensional dalam jumlah besar, yang sebagian besar tertanam di zona demiliterisasi, dan ratusan roket bisa menjangkau Seoul, ibu kota Korea Selatan, yang dihuni 10 juta orang.
Apa dampak terburuk bagi dunia jika AS menyerang Korea Utara?
Dampak terburuk pertama akan dirasakan oleh penduduk Seoul, Korea Selatan, kota dengan 10 juta penduduk.
[next]
Duta besar AS untuk PBB Nikki Haley sudah menyampaikan pada rapat darurat Dewan Keamanan PBB di New York bahwa AS tidak menginginkan perang, namun kesabaran negaranya "tidak tak terbatas" dan bahwa Kim Jong-un "meminta perang".
AS akan mengajukan resolusi baru PBB untuk memperkuat sanksi yang akan dibahas oleh negara anggota, namun Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut sanksi-sanksi "tak berguna, tidak efektif dan melelahkan".
Penduduk Korea Utara di Pyongyang melihat pembaca berita Ri Chun-Hee yang menyatakan bahwa Korea Utara telah sukses menguji bom hidrogen pada 3 September 2017 lalu.
Cina, sekutu utama Korea Utara, telah meminta untuk kembali ke negosiasi dan Swiss telah menawarkan diri untuk melakukan mediasi.
Namun jika perang terbuka terjadi, maka akan berdampak sangat buruk, terutama dari sisi korban jiwa.
Perang terbuka mungkin akan melibatkan penggunaan senjata nuklir -yang untuk pertama kalinya digunakan sejak masa menjelang berakhirnya Perang Dunia Kedua- dan ini bisa berdampak mengerikan dan menjadi preseden baru dalam hubungan internasional.
Dan setelah penghancuran luar biasa, Korea Utara mungkin tidak akan ada lagi. Namun ini semua tentu adalah skenario terburuk, oleh karena itu ada harapan bahwa Pyongyang rasional dan memahami risikonya.
Sebenarnya apa motivasi dan yang melatarbelakangi peluncuran rudal ini?
Minimnya akses intelijen terhadap pemikiran pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyulitkan analisis akan motivasi di belakang berbagai peluncuran roket serta uji coba senjata nuklir Korea Utara. Namun beberapa analis yang dikutip oleh New York Times menyebut langkah Kim Jong-un ini merupakan perpaduan dari strategi, pertahanan diri dan narsisisme akan nuklir.
Uji coba nuklir dan peluncuran roket bisa membuat Kim menjadi pemimpin yang harus diperhitungkan oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.
Penjelasan atau kemungkinan lain adalah Kim percaya, jika dia bisa menyerang AS, maka negara itu tidak akan melakukan hal yang sama padanya seperti yang dilakukan pada Muammar Gaddafi, pemimpin Libia yang kini meninggal dunia.
Beberapa penasihat Trump dan pakar percaya bahwa lewat peluncuran roket ini, Kim tengah memaksa AS untuk mengangkat sanksi dan menarik tentaranya dari Korea Selatan.
Namun, karena kondisi Korea Utara yang terisolasi dan sedikitnya akses informasi serta intelijen asing ke negara itu, sulit untuk mengetahui atau memastikan motif Kim Jong-un untuk melakukan berbagai uji coba dan peluncuran roket.
BBC
Cina, sekutu utama Korea Utara, telah meminta untuk kembali ke negosiasi dan Swiss telah menawarkan diri untuk melakukan mediasi.
Namun jika perang terbuka terjadi, maka akan berdampak sangat buruk, terutama dari sisi korban jiwa.
Perang terbuka mungkin akan melibatkan penggunaan senjata nuklir -yang untuk pertama kalinya digunakan sejak masa menjelang berakhirnya Perang Dunia Kedua- dan ini bisa berdampak mengerikan dan menjadi preseden baru dalam hubungan internasional.
Dan setelah penghancuran luar biasa, Korea Utara mungkin tidak akan ada lagi. Namun ini semua tentu adalah skenario terburuk, oleh karena itu ada harapan bahwa Pyongyang rasional dan memahami risikonya.
Sebenarnya apa motivasi dan yang melatarbelakangi peluncuran rudal ini?
Minimnya akses intelijen terhadap pemikiran pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyulitkan analisis akan motivasi di belakang berbagai peluncuran roket serta uji coba senjata nuklir Korea Utara. Namun beberapa analis yang dikutip oleh New York Times menyebut langkah Kim Jong-un ini merupakan perpaduan dari strategi, pertahanan diri dan narsisisme akan nuklir.
Uji coba nuklir dan peluncuran roket bisa membuat Kim menjadi pemimpin yang harus diperhitungkan oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.
Penjelasan atau kemungkinan lain adalah Kim percaya, jika dia bisa menyerang AS, maka negara itu tidak akan melakukan hal yang sama padanya seperti yang dilakukan pada Muammar Gaddafi, pemimpin Libia yang kini meninggal dunia.
Beberapa penasihat Trump dan pakar percaya bahwa lewat peluncuran roket ini, Kim tengah memaksa AS untuk mengangkat sanksi dan menarik tentaranya dari Korea Selatan.
Namun, karena kondisi Korea Utara yang terisolasi dan sedikitnya akses informasi serta intelijen asing ke negara itu, sulit untuk mengetahui atau memastikan motif Kim Jong-un untuk melakukan berbagai uji coba dan peluncuran roket.
BBC