$show=home

WHAT'S TRENDING NOW?$type=grid$count=3$ct=0$rm=0$sn=0$color=#fc1049$va=0$show=home$mt=0$hide=mobile

Kisah Orang Rimba Memilih Masuk Islam Demi KTP, Menteri Khofifah Sebut Kini Mereka Mengenal Tuhan

Masuk Islam Demi KTP

Hutan di Provinsi Jambi, Sumatera, adalah rumah Orang Rimba atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam. Kepercayaan mereka dan cara hidup mereka yang nomaden tidak diakui negara. Kini, ketika hutan mereka dihabisi untuk membuka perkebunan kelapa sawit, banyak di antara mereka yang dipaksa memeluk agama Islam demi bertahan hidup.

Di sebuah rumah panggung, sekelompok anak berbaju putih duduk di lantai yang terbuat dari kayu. Dengan kompak, mereka melantunkan syair "Cinta Islam, Cinta Islam, sampai saya mati" dan memekikkan kalimat "Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah".

Dari luar rumah, seorang ibu berteriak memanggil putranya. Dia menyuruh si bocah untuk memakai baju dan bergabung dengan teman-temannya yang menyanyi. Kecuali tali ketapel yang digunakan untuk berburu burung, si bocah bertelanjang bulat.

Beberapa bulan lalu sebanyak 58 keluarga dari Suku Celitai pindah agama untuk memeluk Islam.

Mereka dijemput menggunakan bus menuju ke Kota Jambi dan diberikan baju, sajadah, dan kerudung bagi kaum perempuan.

ront Pembela Islam atau FPI memfasilitasi proses tersebut.

Sebelumnya percaya pada roh-roh

"Ini adalah proses, tidak terjadi hanya dalam semalam," kata Ustad Reyhan dari kelompok Islam, Hidayatullah.

"Kini kami berfokus pada anak-anak, lebih mudah bagi mereka untuk berpindah agama. Pikiran mereka tidak dipenuhi banyak hal. Tapi, yang susah adalah orang-orang dewasa."

"Tapi mereka tidak ada di sini selamanya. Seberapa panjang sih umur manusia? Maksimal 60 atau 70 tahun," ujarnya dengan ceria.

"Sebelum berpindah ke Islam, mereka percaya pada roh-roh, dewa dan dewi, tapi bukan Allah Yang Maha Esa. Mereka tidak tahu pencipta kita. Ketika seseorang meninggal dunia, mereka tidak menguburkannya. Mereka hanya meninggalkan jenazah di hutan. Kini hidup mereka punya makna dan tujuan," papar Ustad Reyhan.

Tapi, apakah sebelumnya hidup mereka tidak punya tujuan? Tanya saya.

"Bagaimana mereka punya tujuan, mereka hidup di hutan. Mereka hanya menjalani hari demi hari, momen demi momen. Saat mereka meninggal, mereka meninggal begitu saja. Tapi kini mereka punya agama, mereka tahu ada akhirat."



Kebutuhan bertahan hidup

Namun, kepala desa Orang Rimba, Muhammad Yusuf, atau dulu dikenal dengan nama Yuguk, tidak memikirkan akhirat saat memutuskan memeluk agama Islam. Keputusannya lebih didasari oleh kebutuhan bertahan hidup.

"Keputusannya saat itu sangat berat dan sulit, namun kami merasa tidak punya pilihan jika kami ingin maju," ujarnya, bisik-bisik.
"Ini kami lakukan agar anak-anak kami punya kesempatan yang sama seperti orang luar, orang terang. Kami tidak punya pilihan lain, tiada jalan lagi, kami semua harus berpindah ke Islam."

Orang Rimba menjuluki masyarakat luar sebagai 'orang terang' karena hidup di ruang terbuka, bukan di bawah pepohonan rimbun seperti mereka.
Populasi Orang Rimba sendiri tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sebanyak 3.000 Orang Rimba hidup di Provinsi Jambi.

"Jika ibu dulu datang ke sini, ibu akan melihat hutan kami yang elok dengan pohon-pohon besar," kata Yusuf.

Sembari berbincang, kami menyusuri sisa-sisa hutan Orang Rimba. Pada satu sisi, tumpukan pohon yang telah dibakar dan berubah menjadi abu putih, sedang sisi lainnya barisan pohon kelapa sawit yang berjajar rapi. Ketiadaan bunyi-bunyian satwa, entah itu burung atau kawanan monyet, terasa begitu janggal.

"Semuanya habis, terjadi hanya dalam beberapa tahun terakhir. Perkebunan sawit muncul dan kemudian hutan mulai terbakar."

peta

Yusuf menceritakan kebakaran dua tahun lalu yang melalap hutan dan kawasan gambut seluas 21.000 kilometer persegi—setara dengan 30 kali luas Singapura.

Sebanyak setengah juta orang terdampak asap beracun dari kebakaran dan puluhan orang meninggal dunia akibat penyakit menyangkut pernapasan.

"Saya takut, kami semua merasa sangat ngeri pada api dan asap di sekeliling kami."

Guna menghindari api, dia dan sebagian besar anggota sukunya kabur ke desa terdekat. Lainnya lari jauh ke dalam hutan di taman nasional.

Yusuf rimba

Di desa tempat mereka berlindung itulah, proses masuk agama Islam dimulai.

"Setelah beberapa lama, kami ingin mengirim anak-anak kami ke sekolah, tapi guru di sekolah ingin melihat akta kelahiran mereka. Untuk memperoleh akta kelahiran harus ada akta perkawinan dan untuk mendapat akta perkawinan harus memeluk agama yang diakui negara."

"Kami lalu mengadakan pertemuan suku dan membahas agama apa yang kami pilih. Kami lalu memutuskan memilih Islam," jelas Yusuf.

Indonesia hanya mengakui enam agama secara resmi, yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, serta Konghucu.

Dalam kartu tanda penduduk dan kartu keluarga, setiap warga negara harus mencantumkan salah satu dari enam agama tersebut di kolom agama.

Baru pada 7 November 2017, Mahkamah Konstitusi memutuskan penghayat kepercayaan bisa mencantumkan kepercayaan mereka pada kolom agama KTP dan KK.
Penghayat kepercayaan mengalami kesulitan mendapatkan akta perkawinan, akta kelahiran, dan dokumen-dokumen lainnya.

Para pegiat kini berjuang agar parlemen mengubah Undang-Undang Administrasi Kependudukan tahun 2013.

Anak Orang Rimba

Belum menjadi manusia

Rukka Sombolinggi, selaku sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), merupakan salah satu tokoh pegiat yang memperjuangkan hak para penghayat kepercayaan.

"Kami sudah ada di sini sebelum agama baru tiba di Indonesia. Namun, sekarang mereka seperti menguasai kami dan ingin membasmi kami dari negara ini. Kami harus melawan," ujarnya.

Orang Rimba, kata Rukka, merupakan salah satu suku asli Indonesia yang rawan punah dan sangat menderita.

"Mereka telah sampai pada titik keputusasaan dan mereka melihat bahwa memeluk salah satu agama yang diakui negara mungkin akan menolong mereka keluar dari situasi yang sangat, sangat buruk. Ini masalah bertahan hidup."

Masyarakat di Sumatera yang mayoritas muslim menjuluki Orang Rimba, Kubu.

"Itu artinya mereka sangat kotor, mereka sampah, bahkan jangan dilihat karena terlalu jijik. Kubu juga bisa bermakna primitif, bodoh, bau busuk. Pada dasarnya belum menjadi manusia, evolusinya belum sempurna," papar Butet Manurung, antropolog yang telah tinggal bersama Orang Rimba selama bertahun-tahun.

Perempuan Orang Rimba di hutan

Tiada tempat hidup

Saya menangkap kesan bahwa Orang Rimba didiskriminasi tatkala saya bertolak menuju permukiman mereka—tempat mereka mempraktikkan budaya nomaden dan kepercayaan terhadap dewa-dewi.

Kami singgah sejenak di sebuah desa untuk beristirahat dan makan sebelum masuk hutan.

Hanya dalam beberapa menit, dua kendaraan berhenti di dekat kami. Dari dalam muncul seorang polisi dan pegawai negeri dari pemerintah daerah setempat. Mereka menanyakan tujuan kami dan izin masuk hutan.

Mijak, pemandu kami yang merupakan Orang Rimba, bangkit berdiri dan terlihat kesal. Dia bertanya kepada kedua petugas itu mengapa kami perlu izin masuk ke ranah Orang Rimba.

"Kami tidak punya tempat hidup. Kami selalu disebut orang nomaden, tanpa agama, tanpa budaya. Kami tidak dihormati," kata Mijak kepada saya sembari menatap ke arah kedua petugas.

Anak Orang Rimba di Perkebunan Sawit.

"Agama kami, kepercayaan kami tidak dihormati. Pemerintah selalu berkeras agar kami pindah agama dan hidup di rumah permanen di satu tempat. Kami tidak bisa melakukan itu, cara hidup kami tidak seperti itu."Polisi dan PNS itu terlihat tersinggung, namun Mijak melanjutkan perkataannya.

"Mengapa kalian membuat hidup kami begitu susah?"

Kedua figur itu tidak terpengaruh dengan pernyataan Mijak dan tetap meminta surat-surat imigrasi."Kami perlu mengawasi mereka," kata salah seorang polisi.

"Mereka tidak paham konsep mencuri. Mereka bilang buah itu tumbuh dengan sendirinya di pohon jadi bisa diambil. Tapi itu kan ditanam oleh seseorang. Mungkin kepercayaan mereka begitu, tapi hal demikian tidak baik di masyarakat kita."

orang rimba

Masalah babi

Petugas itu juga mengatakan bahwa Orang Rimba menciptakan ketegangan dengan memburu dan menyantap babi hutan.

"Ini adalah komunitas Muslim. Jika warga melihat darah babi atau sisa bangkai babi ditinggal berserakan, warga akan merasa terganggu," ujarnya.

Pandangan sang petugas adalah cerminan kontradiksi Orang Rimba dengan umat Muslim, jelas Butet Manurung.

"Orang Rimba tidak memakan hewan ternak, seperti ayam, sapi, atau kambing. Mereka menganggap itu adalah bentuk pengkhianatan. Anda memberi makan hewan, tapi ketika hewan itu gemuk, Anda memakannya. Yang adil adalah bertarung. Siapapun yang menang dapat menyantap yang kalah."

Benturan kebudayaan semacam itu mengemuka pada 1980-an ketika Presiden Soeharto memberikan lahan kepada para transmigran dari Pulau Jawa dan perusahaan-perusahaan.

Sejak saat itu, area hutan yang menjadi rumah Orang Rimba, kian terbuka. Sejalan dengan langkah tersebut, perkebunan kelapa sawit, karet, dan kayu produksi leluasa merambah hutan tanpa berunding atau memberi kompensasi kepada penduduk asli.

Anak Orang Rimba

Zulkarnain, seorang pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang membantu memfasilitasi perpindahan agama Suku Celitai, mengaku saat masih kanak-kanak mengira Orang Rimba bukan manusia.

"Suatu hari anak Kubu mencuri buah dari salah satu tetangga saya dan tetangga saya itu menembaknya. Kami menghampiri jasadnya dan saya sadar dia bukan sejenis hewan, dia manusia, seperti kita."

"Saya sadar kita harus membantu mereka. Saya kasihan pada mereka, mereka akan kelaparan kalau mereka tidak berubah."

'Kepala terasa berputar...'

Dalam 20 tahun terakhir, jutaan hektare lahan hutan telah dibuka di Indonesia. Beberapa kajian menyebutnya sebagai deforestasi tercepat di dunia.

Adapun luas perkebunan kelapa sawit telah meningkat antara 300.000 sampai 500.000 hektare per tahun selama 10 tahun terakhir.

Semasa saya hidup, selama 30-an tahun, lebih dari setengah hutan-hutan di Sumatra menghilang dan digantikan perkebunan kelapa sawit.

Rebecca Henscke dengan keluarga Sigungang

Keluarga Sigungang adalah salah satu keluarga yang hidup di tengah perkebunan kelapa sawit. Dia berupaya memburu babi hutan saat hewan itu muncul.

"Namun jika kami tidak bisa menemukan apa-apa, kami terpaksa makan buah kelapa sawit. Kepala terasa berputar dan hampir membunuh anak-anak yang makan minyak kelapa sawit," ujar Sigungang.

Perkebunan kelapa sawit penuh dengan pestisida dan keluarganya mengalami sakit perut karena minum air di perkebunan.

"Tidak ada hutan bagi mereka untuk berburu. Sungai tempat mereka memancing dan minum sudah terpolusi dan begitu pula udaranya. Jadi kami memberikan mereka rumah, desa untuk hidup," kata Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa.

Berkaitan dengan itu, pemerintah telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan perkebunan untuk membangun sejumlah unit rumah untuk Orang Rimba.

Girl looking out of the window Rimba estate

Tahun lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan kawasan permukiman dan lahan untuk Orang Rimba setelah bertemu dengan tetua suku. Pertemuan semacam itu adalah yang pertama dilakukan seorang presiden Indonesia.

Bagian yang tak kalah pentingnya dari proses tersebut, menurut Khofifah, adalah agama.

"Pada KTP, mereka harus menyatakan agama yang mereka anut. Ada yang menjadi Muslim, ada pula yang menjadi Kristen. Jadi kini mereka mengenal Tuhan."

'Kami ingin hutan, bukan rumah'

Bagaimanapun, rumah-rumah untuk Orang Rimba itu kini telah ditinggalkan dan berubah menjadi kota hantu.

Tanpa ada sumber nafkah untuk keluarga mereka, Orang Rimba yang sempat tinggal di rumah permanen kembali bermukim di hutan.

Ngantap dengan cucunya.

"Yang kami inginkan dari mereka adalah berhenti mengambil hutan kami. Kami tidak ingin rumah seperti orang luar," kata Ngantap, salah satu tetua suku Makekal Hulu.

"Saya damai dan bahagia di hutan, saya adalah penghuni hutan," tambahnya.

Saya merasakan damai yang disebut Ngantap saat berjalan di tengah hutan Orang Rimba. Daun-daun dari pepohonan seolah membentuk tembok hijau, akar-akar saling membelit pohon-pohon besar, dan suara siamang yang sahut-menyahut jelas terdengar.

Kawasan ini adalah hutan adat suku Makekal Hulu, tempat banyak pohon dikeramatkan.

Hutan dibidik dengan drone

Kami berhenti di depan sebuah pohon kedondong yang besar. Pandangan Ngantap mengarah ke atas pohon.

"Ini adalah salah satu pohon keramat yang paling kami lindungi. Siapapun yang menebang pohon ini akan dicari dan dihukum."

Saat bersama saya, Ngantap memakai cawat khas Orang Rimba dan sekantong rokok terikat di pinggang.

Di antara kami terdapat perempuan belum menikah yang memakai kain sarung untuk menutupi payudara. Begitu menikah kain itu akan diikatkan di pinggang dan membiarkan payudara terbuka agar mudah menyusui bayi. Namun, kini banyak pula yang memakai kaus.

Anak Orang Rimba

Ngantap mengatakan mereka akan berpegang teguh pada kepercayaan leluhur.

"Salah bila mengatakan kami tidak beriman. Iman, agama, adalah hak pribadi setiap manusia. Sangat salah menjelekkan kepercayaan seseorang."

Soal kepercayaan, Butet Manurung yang tinggal bertahun-tahun bersama Orang Rimba menjelaskan.

"Orang Rimba menyembah banyak dewa. Harimau adalah salah satu yang terkuat," kata Butet.

"Mereka punya dewa lebah, dewa burung rangkong, lalu ada dewa dan dewi dari berbagai pohon. Mereka juga menyembah dewa mata air. Mereka meyakini bahwa sungai jangan diperlakukan buruk. Mereka tidak pernah pergi ke WC atau menaruh sabun di sungai supaya orang bisa minum langsung dari sungai," tutur Butet.

Ibu dengan anaknya

Ngerung, istri Ngantap, menjelaskan keterkaitan Orang Rimba dengan pohon.

"Setelah seorang bayi dilahirkan, tiga pohon harus ditanam. Satu untuk tali pusar, satu untuk si bayi, dan satu untuk namanya. Pohon-pohon itu tidak boleh ditebang atau dilukai," kata Ngerung, seorang perempuan Orang Rimba yang memiliki 11 anak.

"Ada seorang dukun yang akan mencari nama yang cocok untuk bayi dan bagian dari pohon itu akan dibalurkan ke kepala si bayi," timpal Ngantap.

Ngantap mewanti-wanti banyak pohon keramat di hutan dan tidak boleh dilukai.

"Jika kami kehilangan hutan, kami kehilangan cara hidup, budaya kami. Dewa-dewa kami akan hancur. Padahal, dewa-dewa yang melindungi perempuan dan anak-anak. Dukun-dukun akan kehilangan kekuatan mereka, sebaliknya penghancuran dan bencana akan berkuasa."

Berpindah agama

Mijak, pemandu saya, berpindah ke agama Islam—sebuah keputusan yang menurutnya diambil agar bisa bepergian dan berjuang melindungi hutan leluhur.

Orang Rimba berusaha mendaftarkan hutan mereka sebagai tanah ulayat menyusul putusan Mahkamah Konstitusi pada 2013. Melalui putusan itu, hutan adat dapat dikelola oleh masyarakat adat yang menempatinya selama berabad-abad.

Menggali ubi

Sebagai dampak dari keputusannya berpindah agama, Mijak dapat ikut ambil bagian dalam pertemuan suku tapi tidak dilibatkan dalam ritual kepercayaan.

Bahkan, karena Mijak kini menggunakan sabun untuk mandi serta makan sapi dan ayam, dia tidak bisa masuk rumah keluarga.

"Selalu ada pengorbanan yang harus dilakukan. Saat saya dididik dengan cara orang luar, ada banyak hal yang harus saya korbankan."

"Namun saya menerimanya karena saya adalah pembawa pesan dan jembatan bagi banyak orang di sini dengan dunia luar, dengan pemerintah mengenai hutan dan hak kami."

Meski demikian, Mijak masih takut dengan dewa dan dewi Orang Rimba setiap kali dia ke hutan.

"Orang-orang suci, dukun perempuan, merekalah yang saya takutkan dan kami hormati. Mereka bisa berkomunikasi dan melihat dewa-dewi."

"Dukun bisa berubah menjadi harimau, bisa berubah menjadi gajah jika dewa-dewa sangat marah dan menyerang manusia. Saya takut itu, saya khawatir melanggar aturan."

Di atas semua ketakutannya, kengerian terbesar Mijak adalah cara hidup Orang Rimba akan punah.

Orang Rimba

Kehidupan baru

Muhammad Yusuf, kepala suku Celitai dari Orang Rimba yang telah menganut agama Islam, mengaku kehidupannya berubah dalam hitungan bulan.

Dia telah secara resmi memperistri tiga orang. Hamida, istri ketiga Yusuf, mengatakan kondisinya sangat berbeda.

Orang Rimba yang pindah agama dengan anaknya

"Sangat, sangat berbeda dalam hal kebersihan, apa yang kami makan, anak saya bisa sekolah, dan mereka bisa membaca Al-Quran. Sekarang, alhamdullilah kami bisa menyantap makanan halal."

Hamida sekarang memakai jilbab dan sering menggunakan kalimat Arab saat berbicara.

Apakah ada yang Anda rindukan dari kehidupan lama di hutan dan mendengar nyanyian burung? Tanya saya.

"Tidak. Alhamdullilah tiada yang kami rindukan (dari kehidupan lama), sekarang sangat berbeda, saya bahagia dengan kehidupan baru."

Saya bertanya lagi, apakah sama sekali tidak ada budaya Orang Rimba yang ingin Anda wariskan ke anak-anak? Mungkin bagaimana Orang Rimba menjaga kebersihan sungai dan melindungi hutan?

Dia tampak khawatir salah bicara dan menatap ke arah suaminya untuk mencari persetujuan. Yusuf mengangguk.

Istri pertama Yusuf mengambil alih pembicaraan. "Tiada yang kami rindukan. Sangat melelahkan berpindah terus di hutan. Tapi, ya, saya akan mengajar anak-anak untuk tidak membuang sampah di sungai."

Selagi kami menyantap mie instan, istri pertama Yusuf berkelakar bahwa mereka dulu hidup berpindah-pindah di hutan, kini giliran Yusuf yang setiap malam berpindah-pindah antara rumah istri pertama, kedua, dan ketiga

Comments

Name

#EksposeSosmed,16,#HappyKAIDay,1,18+,45,1965,1,2017,1,212,11,4play,1,Abdul Rozak,1,Aceh,1,Adolf Hitler,1,Adriansyah Martin,1,afghanistan,3,Ahmad dani,1,Ahok,16,Ahok Bebas,1,Ahok Cerai,3,Air Kencing Onta.Minum Air Kencing,2,Air mata,1,Air Minum,1,Aksi Heroik,1,Alaska,1,alexis,8,Aliran dana,1,Aliran Kepercayaan,5,Aliran Sesat,1,Alkohol,1,Allahuakbar,10,Almaidah 51,1,Alquran,1,Alumni 212,7,Amerika,32,Amien Rais,7,Amnesty,1,Anak,1,Anak Haram,1,Anak SMP,1,Anak-anak,1,Anies Baswedan,55,Anies-sandi,27,Anjing,1,Annisa Bahar,1,antibiotik,1,Apartemen Miring,1,APBD,3,APBN,5,Apec,1,Aplikasi,3,Apple,1,Arab Saudi,16,Arya Bima,1,asean,1,Asmat Papua,1,Asusila,19,Atheist,11,Auditor BPK,2,Australia,1,Austria,1,Ayu Ting-ting,2,Babi Kutil,1,Babi Pelukis,1,Bahasa Tubuh,1,Bakpao,6,Bakti Sosial,1,Bali,3,Bangladesh,2,Banjir,1,Banjir Jakarta,9,Bank Indonesia,2,Bantaran Kali,1,Bantuan Dana,1,Banyak Suami,1,Barack Obama,2,Barang-barang Mewah,1,Batavia 1941,1,Becak,3,Bekasi,1,Belanda,2,Belgia,1,BEM UI,3,Benjamin Netanyahu,1,Beras,1,Beras impor,2,Berat Badan,1,Bercerai Di Penjara,1,Berenang,1,Berita hoax,1,Bhineka Tunggal Ika,1,Bibir Pecah,1,Bintang Porno,2,Bioskop,2,Bisnis,1,Bisnis Online,2,Bitcoin,3,Blogger,1,Blok Mahakam,1,BMKG,1,BNN,1,Boikot AS,1,Boikot Facebook,2,Bollywood,1,Bom Meledak,2,Borubudur,1,Bosscha,1,Box Office,1,BPJS,1,Bu Dendy,1,Budaya,75,Buddha,1,Buka-bukaan,1,Bukit Duri,1,Buku Pelajaran,1,Buleleng,1,Bulog,2,Bumi Datar,2,Bunda Maria,1,Buni Yani,2,Bupati Talaud,2,Burqa,1,Bursa Efek Indonesia,1,Buruh,3,Cacat Hukum,1,cadar,1,Cak Imin,1,Candi Borubudur,2,cantrang,1,Capres,8,Caracal,1,Celana Panjang,1,Cemburu,1,cerai,2,Ceramah Batal,1,Ceramah Politik,1,Cheng Ho,1,China,3,Chocolicious.,1,Cicak,1,Ciliwung,1,Ciri-ciri hoax,2,Coklat radikal,1,Crane Ambruk,2,Cristiano Ronaldo,2,Crystalmeth,1,Daging Babi,2,Daging Hewan,1,Dana Desa,1,Dana Parpol,1,Darah,4,Davinci,1,Demo Supir Angkot,1,DEMOKRAT,1,Depok,1,Dewi Persik,2,Diet,1,Difabel,1,Dilan 1990,1,Dimodalin Usaha,3,Dinosaur,1,DIPA,1,Diplomatik,2,Dipo Latief,1,Diskotek,2,Diskriminasi,1,Diskriminasi Pelajar,2,Disrupsi,1,Djarot,2,DNA,1,Doa Bapa Kami,1,Dokter Bercadar,1,Donald Trump,14,DP 0 Rupiah,4,DPR,41,DPRD,5,Drmo Supir Angkot,1,Dubes,1,Duta Lalu Lintas,2,Duterte,1,E-KTP,23,Edukasi,54,Eggi Sudjana,1,ekonomi,74,Ekspor,1,Elektabilitas,1,Elvi Sukaesih,3,English,2,entertainment,4,erupsi,1,Es Kutub Mencair,1,Fadli Zon,15,Fahri Albar,1,Fahri Hamzah,11,Fatwa,1,Fauna,9,Fiksi,1,FIlm,2,Film Theater,1,Fintech,1,Firza Husein,3,Fitch,1,Food,1,FPI,25,Freemasonry,1,Freeport,1,G20,1,Gaji,1,Gaji PNS,2,Ganguan Jiwa,2,Ganja,2,Ganti Rugi,2,Garuda Indonesia,1,Gas,2,Gatal Gatal,1,Gatot Nurmantyo,3,Gedung BEI Roboh,1,Gempa,1,Genetik,1,Gereja,1,Gereja Katolik,1,Gerhana Bulan,1,Gerindra,3,German,3,Geser Warga,1,Ginjal,6,Global Warming,1,GMBI,1,Go Hyun Jung,1,Gojek,2,Golkar,2,Google Doodle,4,Google Trends,1,Grab,1,Gratifikasi,2,Gubernur,49,Gunung Agung,1,Gunung Sinabung,1,Habib Novel,2,Habib Rizieq,5,Hadi Tjahjanto,1,Halal - Haram,2,HAM,9,Hamas,1,Hamengku Buwono X,1,Hanura,2,Harga BBM Papua,1,Harga Minyak,1,Hari Ibu,4,Hari Pahlawan,2,Hari Pers Nasional,1,Hari uang Indonesia,1,Heroin,1,Hidup,50,Hijab,2,Hindu,2,Hiu,1,HIV/AIDS,1,HKBP Filadelfia,1,Hoax,6,Holiday,1,Hollywood,1,Hongkong,2,HTI,2,hujan es,1,HUKUM,26,Hutan,1,Hutang Luar Negri,1,Ibu Rumah Tangga,1,Iklan Hotel,1,Iklan Shampoo,1,Illuminati,1,imigran terroris,1,India,4,Indonesia,4,inflasi,1,infrastruktur,1,Inggris,4,Inklusi Keuangan,1,inpres,1,internasional,333,intoleran,1,Investasi,8,Investasi Asing,1,Investor Jepang,1,Iran,3,Iriana,1,Isis,12,iskemia,1,Islamiyah,191,Israel,13,istri dan suami,1,isuPKI,27,iuran,1,Jakarta,50,Jakarta Waspada Banjir,2,Jaman Now,1,Jantung,1,Japan,1,Jarum Infus,1,Jatim,1,Jawa Barat,1,Jembut,1,Jengkol,1,Jerusalem,3,Jihad,3,JK,4,Joen Tae Soo,1,Joged Bumbung,1,Jogyakarta,3,Jokowi,75,Jomblo,1,Jonghyun,1,Jonru,10,Joshua,1,Jual-beli tanah,1,Jurus Bangau,1,Juwita Bahar,1,Kader Gerindra,2,Kades,2,Kafir,1,Kahiyang,3,Kaisar,1,Kalimantan Barat,1,Kamp Pengungsi,1,Kanada,1,Kartika Putri berhijab,1,Kartu Kuning,2,Katulampa,2,Katy Jurado,1,Kebutuhan Umat,1,Kelaparan,1,Keluarga,1,Kemendagri,1,Kementeian Keuangan,1,kencing berdarah,2,Kepala Negara,1,Keputusan Yang Baik,1,Kerja,7,Kesehatan,70,Ketindihan,1,KH Fahmi,1,KH Umar Basri,1,Khilafah,3,Khusus,13,Kim Jong-un,1,Kiwil,1,KKB,2,Klasmen Piala Presiden,1,Klitoris,1,KNPI,1,Koala,1,Koalisi,1,Komodo Bond,1,Komunis,9,Konflik,2,Konsultasi Kejiwaan,1,Konsumsi Rumah Tangga,1,korea selatan,3,korea Utara,4,Korupsi,22,KPK,3,KPOP,6,KPU,2,Krisis Ekonomi,1,Kristen,9,KSPI,1,KTP,1,KUA,1,Kucing,1,Kupu-kupu,1,Laba laba,1,Lampung,1,Lapas,2,Laporan Akhir tahun,1,Larangan Hak Milik Tanah,1,Larangan Ponsel,1,Legislasi,1,LGBT,12,LGBT Penyakit Menular,1,Lifestyle,28,LIngkugan,2,Lipsbalm,1,Live Streaming,1,London Stock Exchange,1,Longsor Bandara Soetta,1,LPI,1,Lucinta Luna,1,Lukisan,1,Lumba-lumba,1,Madrasah Aliyah,1,magelang,1,Mahar Ngutang,1,Mahar Politik,5,Malaysia,2,Malnutrisi,1,Mamalia,1,Manado,1,Manfaat Sertifikat Tanah,1,Mao Zedong,1,Marion Jola,1,Marsekal,3,Martin Luther,1,Mata Najwa,1,Mata perih,1,Maze Runner,1,Media Berita,1,Medis,1,Megawati,2,Meikarta,1,Membangun Jalur Kereta Api,1,Meme Kocak,3,Menag,1,Menangis,1,Mendagri,1,Mengatasnamakan Agama,1,Menghapal Kitab Suci,1,Menikahi Bidadari,1,Menkes,1,MenKeu,3,Menko,1,Mertua,1,Mesin Sensor,1,Mesir,2,MIa Khalifa,1,Mike,1,Mike Hughes,1,Milenial,2,Militer,4,Mimpi,1,Mobil Hello Kitty,1,Mobil Sport,1,Mobil Terbang,1,Monyet Berseragam Coklat,1,Moral,1,Motivasi,13,Movies,1,MRT,1,MUI,6,murtad,2,Mutasi,1,Myanmar,2,Nabi Muhammad,1,Naked,1,Napi,1,Narkoba,3,NASA,1,Nasional,572,Nasionalisme,1,Natal,2,Natal Di Monas,1,National Hospital,3,Nelson Mandela,1,Netizen,356,Neuroscince,1,Newyork,1,ngantuk,1,ngengat,1,Nikah Masal,1,NIkah Siri Sah Atau Tidak,7,Nikita Mirzani,1,Novelis,1,NTB,1,Nude,1,Nuklir,2,nyamuk,1,obat,1,Ojek online Muslimah,1,Ojesy,1,OK OCE,6,Open Kimono,1,Opini,108,opium,1,OPM,1,Orang Rimba,1,Orang-orang Super Kaya,1,Orde Baru,1,Organisasi Rahasia,1,Ormas,2,Ormas Islam,1,Otak,1,Other,4,Pajak,2,Pajak Kendaraan,2,Pakar ICMI,1,Pakar Tangkap Jin,1,Paket Hemat,1,Pakistan,2,Palestina,8,PAN,5,Panglima,4,Papua,5,Paradise Papers,2,Partai Berkarya,1,Partai Garuda,1,Partai Idaman,1,Partai Pendukung LGBT,3,Paspampres,1,Pasukan Elite,1,Pasutri,1,Paus Francis,1,Paus Fransiskus,1,Paus Sperma,1,PBB,5,PDIP,6,pelajar,1,Pelakor,1,Peledak Aktif,1,Pelembab Bibir,2,Pemerintah,59,Pemikir Dunia,1,Pemimpin Besar,1,Pemkab Talaud,1,Penceramah,1,Pencopet,1,Pendakwah,1,Penembakan,2,Pengajian,1,Penganiaya Guru,1,Pengantin Pria pingsan,1,Pengawal Prabowo,1,Penggelapan Pajak,1,Penggelapan Tanah,1,Pengungsi,2,Pengusaha,2,Penipuan,1,Penyakit Kronis,1,Penyebaran Atheist,1,Perang Twitter,2,Peraturan,1,Perawan,1,Perawat Kurang Ajar,4,Perda,1,Perfume aroma Kelamin,1,Peristiwa,309,Permendagri,1,Pernikahan,3,Pernikahan Anak Jokowi,3,Pernikahan Beda Agama,1,Pernikahan Pangeran Harry,1,Pernikahan Vicky,1,Perpu,8,Persekusi,4,Pertama Di Jakarta,1,pertamina,2,Pesan Natal,1,Petani,1,Peternak Babi,1,Photo,3,Photo Hot,1,Piala presiden,1,Pidato,3,Pidato Ormas,1,Pilgub,2,Pilkada,4,Pilpres,11,Pindah Agama,1,PKI,4,Plantix,1,PLN,4,Plt Gubernur,1,PNS,1,pohon cemara ditebang,1,Pohon Jodoh,1,pohon natal,1,POLEMIK INDONESIA,84,Poliandri,1,Poligami,4,Politik,199,Polri,6,PPP,1,Prabowo,15,Prancis,4,Pribumi,1,Pronografi,1,Pruritus,1,Psikolog,2,psikopat,1,Psoriasis,1,Puan Maharani,1,Pura-pura koma,1,Purba,1,Putin,4,Putra Mahkota,1,Putusan MK,1,Rabu Abu,1,Radikalisasi,2,Radio Romance,1,Ramadhan,1,rambut,1,Rangsangan,1,Rapat Paripurna,1,Ratna Sarumpaet,1,Ratu Elizabeth,1,Real Madrid,1,Red velvet,1,Refrendum,1,Regulasi,1,Rehabilitasi,1,Reklamasi,2,Remaja,1,Remisi,1,Reshufle Kabinet,1,Revenge Porn,1,Revolusi industry 4.0,1,Revolusi Putih,2,Rhoma irama,1,Rina Nose,6,Rizieq Shihab,6,Rohingya,32,Roket,1,Romo Magnis,1,Ronaldo Terluka,1,RSCM,1,Rumah Lapis,2,Rumah Susun,5,Rusia,6,Rusunami,1,RUU MD3,3,Sabu-sabu,1,Sains,86,Saksi Yehuwa,1,Salah Menulis Ayat,1,Salat dijalan,1,Salon Waria,1,Sandiaga uno,35,Sara,6,sarapan,1,Satire,2,Satwa DIlindungi,1,SBY,3,SD,1,Sejarah,1,Sejarah Indonesia,1,Seks-somnia,1,Selancar,1,Selebgram,1,Self Marriage,1,Selingkuh,2,Seniman babi pertama di dunia,1,Senum,1,Sepak Bola,1,Sepeda Listrik,1,Serangan Jantung,1,Serangan Siber,2,Sergei Einstein,1,Sertifikasi Komputer Gratis,1,Sertifikat Tanah Gratis,2,Sesama Jenis,1,Setya Novanto,28,Shinee,1,Si Dukun,1,Sidang,1,Sidang Ahok,3,Silicon Valley,1,simcard,1,Singapore,1,Sinopsis,1,Sinopsis Maze runner,1,Skema Ponzi,1,Skeptis,1,Skizofrenia,1,Sleep Paralysis,1,Social Media,14,Soeharto,2,Soekarno,2,Sosmed,1,Sotosop,1,Species Baru,1,Sri Mulyani,4,Staff Presiden,1,Story,28,Stress,1,Sudan,1,SUGBK,1,Suku Muharas,1,sumpah pemuda,1,Sumut,2,Supermarket,1,Surabaya,2,Surat Terbuka Untuk BEM UI,1,Suriah,1,Survei,9,Susi Pudji Astuti,4,Susi PudjiAstuti,1,Sweeping,1,Syariah,3,Syariat,1,Tag,190,Tahun Baru,4,Tahun Politik,1,Tamara Blezinsky,1,Tambang,1,Tanah Abang,5,Tanda-tanda Seseorang Terjangkit HIV/AIDS,1,Tarian Daerah,1,Tarif Listrik,3,Tarif Tol,1,Tasikmalaya,1,Taylor Swift,1,Technologi,13,Teknologi,1,Tentakel,1,Tentara Langit,2,Terima Uang Keselamatan,1,Termiskin Di Dunia,1,Terror,16,Terror di gereja Lidwina,4,Tes Keperawanan,1,TGUPP,1,Thailand,1,Therapy,1,thoghut,1,Tiang Listrik,9,Tidur,2,Tiket Pulang Kampung,1,Timnas,1,Tionghoa,3,Tiongkok,4,Tito Karniavan,3,TKI,1,TNI,6,TNI-AU,2,Toa Masjid,1,Today In History,9,Tommy Soeharto,1,Tragedy,50,Trans Papua,1,Traveling,1,Trending,179,Trump,1,Tsunami,1,Tugu Demokrasi,1,Turis,2,Turki,2,Turnamen Catur,1,Uang,1,UAS,1,UGM,2,Ulama,5,ulasan,1,Umi Kalsum,1,Umi Pipik,2,Umur Panjang,1,Uni Soviet,1,unik,54,Universitas Indonesia,1,Upah Murah,1,Ustad Somad,7,Utang,1,UU ITE,1,Vagina,1,Valentine,2,Valentine day,1,Vatikan,1,Verifikasi Parpol,1,Veronica Tan,3,Vicky prasetyo,2,Video anak smp dan sma,1,Videos,25,Vietnam,4,Vinyl Metallica,1,Viral,96,Virginia Woolf,1,Voting,1,Wanita,3,Wapres,3,Wartawan,1,Wilder Penfield's,1,Wisata Halal,1,Wisatawan China,1,WNI,3,World War IV,18,WOW,56,WTF!,74,Xi jinping,2,Yahudi,2,Yaman,2,Yazidi,1,Yerusalem,5,Yesus,1,Yoga,1,Yogyakarta,1,Youtuber,1,Zakat,1,Zina,1,
ltr
item
Kredibel Times: Berita Terkini Hari ini Indonesia dan Dunia: Kisah Orang Rimba Memilih Masuk Islam Demi KTP, Menteri Khofifah Sebut Kini Mereka Mengenal Tuhan
Kisah Orang Rimba Memilih Masuk Islam Demi KTP, Menteri Khofifah Sebut Kini Mereka Mengenal Tuhan
Masuk Islam Demi KTP
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgojF97Jhq8szKgv4pYsm6M5qtWqEQc5Bv7jmexkEJlhuCtdSHWUTqmzmtw1-VAKqlt-H_jBYBHVLM0e-EQ2q22tPCmb1BbeaZg9Pia-LudTKGni_2_SPxxt_kpPiex6j4Ya9aZu0DdVo8L/s400/1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgojF97Jhq8szKgv4pYsm6M5qtWqEQc5Bv7jmexkEJlhuCtdSHWUTqmzmtw1-VAKqlt-H_jBYBHVLM0e-EQ2q22tPCmb1BbeaZg9Pia-LudTKGni_2_SPxxt_kpPiex6j4Ya9aZu0DdVo8L/s72-c/1.jpg
Kredibel Times: Berita Terkini Hari ini Indonesia dan Dunia
https://k-times.blogspot.com/2017/11/kisah-orang-rimba-memilih-masuk-islam.html
https://k-times.blogspot.com/
https://k-times.blogspot.com/
https://k-times.blogspot.com/2017/11/kisah-orang-rimba-memilih-masuk-islam.html
true
2880961228636837202
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts Lihat Semua Readmore Reply Cancel reply Delete By PAGES Halaman View All Recommended Content Next ARCHIVE Pencarian ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy