Tugu Si Raja Oloan di Lumban Raja, Bakara (Foto, 2006) Asal Usul Bona Pasogit Negeri Bakara Negeri Bakara, asal mulanya dibuka oleh ...
Tugu Si Raja Oloan di Lumban Raja, Bakara (Foto, 2006)
Asal Usul Bona Pasogit Negeri Bakara
Negeri Bakara, asal mulanya dibuka oleh "Ompu Si Raja Oloan". Si Raja Oloan adalah putra dari Tuan Sorbadibanua dari istrinya Nai Suanon (putri dari Tuan Sorimangaraja) tinggal di Lobu Parserahan, Balige.
Tuan Sorbadibanua mempunyai 2 (dua) istri, dan masing-masing keturunannya:
I. Dari istri I bernama Nai Anting Malela (putri Sariburaja):
Dalam dukanya, suatu hari Si Raja Oloan melihat seekor burung yang elok bulunya. Ketika dia berusaha menangkapnya, burung itu lepas dan terbang, lalu hinggap kembali di bebatuan, sesekali di ranting pohon semak. Dengan rasa penasaran Sang Raja mengikutinya, tanpa disadarinya hingga jauh dari kampung halamannya.
Hari berlalu... burung itu tiada tampak lagi. Sang Raja kecewa dan terlebih ia menyadari dirinya telah tersesat. Malam telah tiba. Dinyalakan api pada tumpukan ranting dan semak kering untuk membuat api unggun, mengusir dinginnya malam.
Pagi menjelang, ia bergegas membasuh mukanya. Tiba-tiba ia tertegun, pandangannya lurus tertuju di kejauhan ke satu arah aliran sungai, Aek Simangira. Sungai itu bening dan berbatuan, tetapi tidak terlalu dalam.
Tampak tiga sosok tubuh menyeberang beriringan. Tiga perempuan, dan sepertinya kakak beradik. Yang menarik perhatian Si Raja Oloan adalah yang ketiga, paling belakang. Tampak agak pemalu. Tidak seperti kedua kakaknya yang menyeberang sambil menyingkap rok ulos nya di atas lutut agar tidak basah, si bungsu malah membiarkan rok ulosnya basah diterpa air.
Si Raja Oloan, penasaran.... Ia berfikir, apa yang harus dilakukannya....
Aek Simangira di Bakara (Foto 2006)
Si Raja Oloan mengikuti ketiga Gadis itu.... Dinanti hingga pulang ke rumah, diketahuilah bahwa gadis itu Putri Raja Pasaribu, bernama Tiurlan boru Pasaribu. Singkat kata, terpautlah hati mereka berdua dan Si Raja Pasaribu merestui pernikahan mereka.
Si Raja Oloan tinggal dan mengusahakan lahan di seberang Aek Simangira dan membangun rumah (jabu) di lereng gunung (permukiman ideal orang Batak adalah di lereng gunung).
Lahirlah anak pertama dari Siboru Pasaribu, diberi nama Bakara. Dinamakanlah kampung tersebut menurut nama anak pertamanya, Bakara atau Lumban Bakara (Lumban=daerah, kampung, dusun, dukuh).
Dari Boru Pasaribu Si Raja Oloanmempunyai4 (empat) putra, yaitu:
1. Bakara
2. Sinambela
3. Sihite
4. Simanullang
Raja Oloan terkenal sebagai orang yang sakti, arif dan bijaksana. Banyak orang yang meminta tolong kepadanya, dan Kampung Bakara semakin ramai. Atas kemurahan hati Si Raja Oloan, dibuka huta permukiman keturunan dari marga Simamora dan Marbun di Bakara.
______________________________
1. Bona ni Pasogit: artinya kampung halaman, tanah asal usul leluhur...
2. Ulos= kain tenun tradisional Batak. Untuk wanita dikenakan sebaggai pembelit tubuh atas dan bawah; selendang, untuk pria berfungsi penutup tubuh pinggang ke bawah -seperti sarung- dan untuk dibelit di kepala dan selendang.
Asal Usul Bona Pasogit Negeri Bakara
Negeri Bakara, asal mulanya dibuka oleh "Ompu Si Raja Oloan". Si Raja Oloan adalah putra dari Tuan Sorbadibanua dari istrinya Nai Suanon (putri dari Tuan Sorimangaraja) tinggal di Lobu Parserahan, Balige.
Tuan Sorbadibanua mempunyai 2 (dua) istri, dan masing-masing keturunannya:
I. Dari istri I bernama Nai Anting Malela (putri Sariburaja):
- Sibagot ni Pohan (Pohan)
- Sipaet Tua
- Silahisabungan (Silalahi)
- Si Raja Oloan
- Si Raja Hutalima
- Si Raja Sumba
- Si Raja Sobu
- Naipospos
- Baho Raja (Naibaho).
- Si Godang Ulu (Sihotang)
Dalam dukanya, suatu hari Si Raja Oloan melihat seekor burung yang elok bulunya. Ketika dia berusaha menangkapnya, burung itu lepas dan terbang, lalu hinggap kembali di bebatuan, sesekali di ranting pohon semak. Dengan rasa penasaran Sang Raja mengikutinya, tanpa disadarinya hingga jauh dari kampung halamannya.
Hari berlalu... burung itu tiada tampak lagi. Sang Raja kecewa dan terlebih ia menyadari dirinya telah tersesat. Malam telah tiba. Dinyalakan api pada tumpukan ranting dan semak kering untuk membuat api unggun, mengusir dinginnya malam.
Pagi menjelang, ia bergegas membasuh mukanya. Tiba-tiba ia tertegun, pandangannya lurus tertuju di kejauhan ke satu arah aliran sungai, Aek Simangira. Sungai itu bening dan berbatuan, tetapi tidak terlalu dalam.
Tampak tiga sosok tubuh menyeberang beriringan. Tiga perempuan, dan sepertinya kakak beradik. Yang menarik perhatian Si Raja Oloan adalah yang ketiga, paling belakang. Tampak agak pemalu. Tidak seperti kedua kakaknya yang menyeberang sambil menyingkap rok ulos nya di atas lutut agar tidak basah, si bungsu malah membiarkan rok ulosnya basah diterpa air.
Si Raja Oloan, penasaran.... Ia berfikir, apa yang harus dilakukannya....
Aek Simangira di Bakara (Foto 2006)
Si Raja Oloan mengikuti ketiga Gadis itu.... Dinanti hingga pulang ke rumah, diketahuilah bahwa gadis itu Putri Raja Pasaribu, bernama Tiurlan boru Pasaribu. Singkat kata, terpautlah hati mereka berdua dan Si Raja Pasaribu merestui pernikahan mereka.
Si Raja Oloan tinggal dan mengusahakan lahan di seberang Aek Simangira dan membangun rumah (jabu) di lereng gunung (permukiman ideal orang Batak adalah di lereng gunung).
Lahirlah anak pertama dari Siboru Pasaribu, diberi nama Bakara. Dinamakanlah kampung tersebut menurut nama anak pertamanya, Bakara atau Lumban Bakara (Lumban=daerah, kampung, dusun, dukuh).
Dari Boru Pasaribu Si Raja Oloanmempunyai4 (empat) putra, yaitu:
1. Bakara
2. Sinambela
3. Sihite
4. Simanullang
Raja Oloan terkenal sebagai orang yang sakti, arif dan bijaksana. Banyak orang yang meminta tolong kepadanya, dan Kampung Bakara semakin ramai. Atas kemurahan hati Si Raja Oloan, dibuka huta permukiman keturunan dari marga Simamora dan Marbun di Bakara.
______________________________
1. Bona ni Pasogit: artinya kampung halaman, tanah asal usul leluhur...
2. Ulos= kain tenun tradisional Batak. Untuk wanita dikenakan sebaggai pembelit tubuh atas dan bawah; selendang, untuk pria berfungsi penutup tubuh pinggang ke bawah -seperti sarung- dan untuk dibelit di kepala dan selendang.